Faktor risiko kanker payudara dan penyebab timbulnya, wajib kita ketahui bersama karena dapat menghindarkan kita dari akibat buruk penyakit tersebut. Maklum saja, penyakit yang paling ditakuti di dunia ini banyak menelan korban jiwa, terutama pada wanita.Yang lebih memprihatikan, jumlah penderitanya dari tahun ke tahun semakin meningkat saja.
Sayangnya, sampai sekarang, penyebab pasti terjadinya kanker ini belum diketahui. Tetapi sebagai antisipasi, kita dapat mewaspadai faktor risikonya. Seperti kita ketahui bersama, faktor risiko kanker payudara dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya kanker tersebut. Dan berikut beberapa faktor risiko kanker payudara yang harus diperhatikan wanita.
a. faktor risiko kanker payudara utama : usia dan jenis kelamin.
Biasanya kanker payudara menyerang wanita di atas usia 40 tahun. Bagian yang lebih banyak terkena adalah payudara kiri sebelah atas, tepatnya di dekat lengan. Maka, berhati-hatilah jika menemukan benjolan saat meraba payudara di bagian tersebut. Begitu juga kalau melihat perubahan bentuknya. Misalnya terdapat kerutan bertekstur seperti kulit jeruk. Bahkan bisa saja dari putingnya juga mengeluarkan cairan berupa darah atau nanah. Lebih tragis lagi, jika payudara terasa gatal, terbakar dan merasa tertarik ke dalam.
Wanita memang termasuk jenis kelamin yang memiliki faktor risiko kanker payudara utama. Artinya, wanita lebih berisiko terkena kanker payudara dibanding pria. Bahkan hal itu juga dapat dikaitkan dengan usianya. Seiring bertambahnya umur, maka risiko mengalami kanker payudara akan semakin meningkat. Apalagi jika sudah mengalami menopause juga.
Dengan demikian, faktor risiko kanker payudara akan lebih besar pada wanita yang berusia lebih dari 50 tahun dibanding wanita dengan usia yang lebih muda. Hal itu sejalan dengan analisa para ahli yang menyimpulkan bahwa usia paling berisiko terkena kanker payudara pada wanita adalah 50-69 tahun.

faktor risiko kanker payudara utama : usia dan jenis kelamin
Image courtesy of [stockimages] / FreeDigitalPhotos.net
b.Faktor genetika atau keturunan.
Penyakit payudara ini ternyata bisa diturunkan secara genetika. Artinya, faktor risiko kanker payudara bisa menimpa wanita yang mempunyai ibu, saudara wanita atau anak wanita yang menderita kanker tersebut. Bahkan jumlah risikonya dua kali lipat sampai tiga kali lipat untuk timbul dibanding wanita yang dalam keluarganya tidak ada riwayat kanker payudara, walaupun memang persentasenya teramat kecil yakni antara 5-10% saja.
Ada kekhasan atau kondisi khusus faktor risiko kanker payudara yang disebabkan karena keturunan ini. Misalnya, penderitanya berusia di bawah 40 tahun dan paling tua 50 tahun. Dalam keluarga ada seorang atau beberapa orang yang menderita kanker payudara atau kanker indung telur. Bisa ibu, saudara kandung atau bahkan anak.

Nenek, ibu dan anak perempuannya.
Image courtesy of [Ambro] / FreeDigitalPhotos.net
Tidak hanya faktor keturunan yang bisa menjadi faktor risiko kanker payudara. Ternyata gaya hidup pun bisa berpengaruh kuat pada kesehatan. Artinya, gaya hidup bisa menjadi faktor risiko kanker payudara. Dan salah satu bentuk gaya hidup yang harus mendapat perhatian adalah masalah obesitas.
Menurut Prof Gary Richardson, obesitas adalah penyebab dari kanker, termasuk kanker payudara. Artinya, mempunyai kelebihan berat badan berarti meningkatkan faktor risiko kanker payudara. Apalagi pasca menopause, fase itu bisa meningkatkan risiko terkena kanker tersebut sampai 30%. Penyebabnya apalagi kalau bukan terapi hormon pengganti. Karena penggunaan hormon itu ternyata dapat mempengaruhi jumlah estrogen dan progesteron di dalam tubuh. Risikonya cukup tinggi juga yakni 66%. Hanya untungnya, risikonya bersifat sementara saja. Jika terapi dihentikan dan tidak pernah melakukannya lagi selama lima tahun, otomatis faktor risiko kanker payudara pun menjadi tidak ada lagi.

wanita obesitas.
Image courtesy of [marin] / FreeDigitalPhotos.net
Begitu juga wanita yang melakukan terapi hormon postmenoposal. Hormon ini merupakan sejenis terapi yang mengkombinasikan estrogen dan progesteron untuk mengobati tanda dan gejala menopause. Dan ternyata, sama juga pengaruhnya dengan penggunaan pil hormon yang berlebihan pada wanita menopause. Semua itu mengandung risiko, apalagi jika digunakan dalam waktu lama.
Ditambah pula, penggunaan kosmetik yang mengandung bahan-bahan yang sifatnya seperti hormon estrogen. Ternyata hal itu meningkatkan faktor risiko kanker payudara pula. Maka, berhatilah-hatilah dalam mempergunakan kosmetik setiap harinya.
Selanjutnya yang merupakan faktor risiko kanker payudara yang cukup tinggi adalah rokok termasuk asapnya. Banyak orang yang tidak mengetahui kalau asap rokok bersifat karsinogetik atau pemicu terjadinya kanker. Makanya perokok pasif pun mengalami dampak buruknya. Ia menjadi sasaran penyimpanan racun karena mengisap asap rokok secara tidak sengaja. Akibatnya bukan hanya perokok aktif, perokok pasif pun mempunyai faktor risiko kanker payudara pula.

wanita perokok.
Image courtesy of [stockimages] / FreeDigitalPhotos.net
Tetapi bukan hanya rokok yang berisiko tinggi, alkohol pun dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Hal itu dikarenakan alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen sehingga meningkatkan aktivitas tumor. Malahan, peluang terkena kanker payudara bisa mencapai 7 sampai 12 persen.
Selain faktor-faktor di atas masih ada beberapa faktor risiko kanker payudara lainnya yang dapat meningkatkan risiko tinggi terkena kanker mematikan ini, diantaranya adalah :
d.Siklus menstruasi panjang dan mereka yang belum pernah hamil.
Jika seorang wanita mendapatkan menstruasinya sebelum berusia 12 tahun dan mencapai masa menopausenya setelah usia 55 tahun, dapat dikatakan kalau wanita tersebut mempunyai siklus menstruasi yang panjang. Tentu saja kondisi demikian dapat meningkatkan faktor risiko kanker payudara.
Risiko lebih besar pun akan dialami wanita yang belum pernah merasakan hamil. Juga mereka yang baru memiliki anak setelah usia yang lebih tua. Misalnya sesudah usia 30 tahun. Maka kondisi demikian dapat meningkatkan risiko kanker payudara pula.
e.Percemaran makanan, bahan kimia berbahaya dan kacang kedelai.
Para wanita harus hati-hati saat akan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Cucilah terlebih dulu sampai bersih sebelum memakannya. Hal itu penting guna menghilangkan pestisida yang mungkin saja masih menempel pada sayuran dan buah tersebut. Sebab ternyata, menurut sebuah penelitian, pestisida yang tertelan secara tidak sengaja itu bisa menjadi faktor risiko kanker payudara pada wanita.

Hati-hati sayur dan buah berpestisida.
Image courtesy of [stockimages] / FreeDigitalPhotos.net
Begitu pula bahan kimia yang dikonsumsi secara berlebihan, bisa mengakibatkan bahaya. Misalnya pemanis buatan yang digunakan untuk pengganti gula. Hal itu bisa meningkatkan risiko juga, walaupun belum terbukti sepenuhnya benar, akan tetapi berhati-hati dan menghindarkannya dapat dilakukan sebagai tindakan pencegahan.
Dan bagaimana dengan jenis makanan satu ini? Mungkin agak aneh kedengarannya jika kacang kedelai diduga dapat menjadi faktor risiko kanker payudara. Selama ini bukankah kacang kedelai adalah makanan sehat bagi mereka yang melakukan diet? Akan tetapi telah didapatkan fakta bahwa dalam kacang kedelai terkandung phytoentrogens, ternyata itulah yang menjadi penyebabnya. Zat tersebut diprediksi bisa meningkatkan pertumbuhan hormon estrogen. Untuk itu, jika hendak makan kacang kedelai, maka konsumsilah secara berimbang.

kacang kedelai.
Image courtesy of [adamr] / FreeDigitalPhotos.net
f.Efek samping penggunaan alat kontrasepsi.
Efek samping pil kontrasepsi ternyata bukan mitos semata. Hal itu memang bisa membahayakan kesehatan. Para peneliti menemukan fakta bahwa pil kontrasepsi bisa meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak seperempat kali lipat. Akan tetapi, penggunaan oral kontrasepsi tersebut kebanyakan digunakan wanita muda. Dengan demikian faktor risiko menjadi lebih rendah.
Masih ada beberapa faktor lagi yang dapat memicu kanker payudara seperti obat-obatan yang menurunkan tekanan darah, diet tinggi lemak, juga bagi mereka yang pernah mengalami kanker payudara sebelumnya. Misalnya telah memiliki kanker pada payudara kiri, maka payudara sebelah kanan mempunyai risiko tinggi untuk terkena juga.
Begitu juga wanita yang pernah melakukan biopsi payudara atau pernah melakukan radiasi di dada saat masih anak-anak atau dewasa muda. Ada dugaan peristiwa-peristiwa tersebut merupakan faktor risiko kanker payudara juga. Begitu pun dengan wanita yang mempunyai tonjolan jinak seperti fibreadenoma. Kesempatan terkena kanker akan menjadi empat kali lebih besar dibandingkan orang normal. Dan tak lupa, wanita yang menopausenya dimulai pada usia tua misalnya 55 tahun, maka kemungkinan terjangkit kanker payudara akan lebih besar lagi.
Saran untuk wanita, jangan ragu dan malu memeriksakan diri ke dokter jika ada keluhan pada payudara. Sebab makin dini diagnosa kanker payudara, maka semakin cepat pula penanganannya. Dengan demikian, penyebarannya dapat segera ditanggulangi. Sehingga angka harapan hidupnya menjadi lebih besar. Sebaliknya jika kanker tersebut sudah menyebar ke kelenjar getah bening, tulang, hati, paru-paru dan lainnya, maka kemungkinan hidup semakin kecil saja.
Demikianlah seputar faktor risiko kanker payudara. Semoga kaum wanita lebih waspada dalam mencegah kemunculannya lebih jauh. Wanita juga diharapkan untuk tetap menjaga kesehatannya. Dengan demikian, akibat buruk dari penyakit tersebut dapat dihindarkan.
***